- The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada rentang 5.25 - 5.50% dan ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 75 bps di tahun 2024. Proyeksi penurunan suku bunga pada tahun 2025 direvisi menjadi 75 bps seiring dengan masih tingginya inflasi yang juga berkontribusi terhadap penurunan ekspektasi pasar.
- USD belum menguat secara signifikan karena berkurangnya arus modal masuk ke AS dan "gold rush" di Tiongkok, meningkatkan prospek "fiscal dominance" yang bisa menyebabkan suku bunga riil negatif.
- Suku bunga riil negatif bisa membantu Indonesia di tengah terbatasnya minat asing terhadap SBN, sementara perbaikan harga komoditas akhir-akhir ini dapat meningkatkan penerimaan valas sementara yang memungkinkan BI untuk tetap mempertahankan kebijakan saat ini.
- Krisis likuiditas masih berlanjut dan mungkin meningkat menjelang Hari Raya Lebaran mendatang, ditambah dengan masih tingginya kebutuhan investasi korporasi di tengah lemahnya pendapatan akibat penurunan harga komoditas.
- Kekurangan likuiditas dan menipisnya neraca perdagangan di bulan Februari menyiratkan defisit transaksi berjalan yang lebih besar. Namun hal ini dapat dimitigasi oleh masih tebalnya cadangan devisa dan nilai Rupiah yang stabil, sehingga mendorong BI untuk menunda penurunan BI-Rate hingga semester 2 2024.