- Neraca pembayaran Indonesia mencatatkan defisit sebesar USD 6.89 Bn pada Q2 2023, defisit terbesar sejak Q1 2020. Defisit neraca pembayaran disebabkan oleh pelebaran defisit pada neraca finansial serta berakhirnya tren surplus neraca berjalan.
- Defisit neraca finansial Indonesia mencapai USD 4.97 Bn pada Q2 2023, jatuh dibandingkan surplus USD 3.38 Bn pada kuartal sebelumnya. Defisit neraca finansial disebabkan oleh pembayaran obligasi jatuh tempo yang meningkat sepanjang Q2 2023, serta penurunan arus masuk modal asing. Walaupun demikian, pelemahan permintaan asing terhadap aset keuangan Indonesia lebih disebabkan oleh sentimen terhadap pasar global terutama Asia yang memburuk dibandingkan pelemahan fundamental perekonomian Indonesia.
- Normalisasi harga komoditas ekspor Indonesia di tengah permintaan impor yang tetap kuat menjelaskan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang mencapai USD 1.93 Bn pada Q2 2023. Tren defisit neraca berjalan dapat berlanjut pada beberapa periode kedepan, mengingat risiko gangguan suplai global yang cenderung terpusat pada komoditas energi dan pangan yang banyak diimpor oleh pasar domestik.
- Ekspektasi pelebaran defisit neraca transaksi berjalan seiring tingginya tren impor relatif terhadap ekspor mengindikasikan momentum pertumbuhan ekonomi domestik yang terjaga, walaupun tren impor Indonesia mulai bergeser pada impor barang konsumsi dibandingkan barang modal.