- Surplus dagang Indonesia turun menjadi USD 0.44 Bn pada Mei 2023, didorong oleh pertumbuhan ekspor yang lebih lambat (1.0% YoY, 12.6% MoM) dibandingkan pertumbuhan impor (14.4% YoY, 38.7% MoM).
- Penurunan tajam terjadi pada barang-barang yang banyak diimpor Tiongkok, seperti batu bara, baja, dan bijih mineral. Hal ini disebabkan oleh lemahnya permintaan domestik dan perlambatan di sektor properti.
- Kenaikan impor barang modal dan konsumsi menunjukkan sinyal positif untuk investasi dan konsumsi dalam negeri. Namun, penurunan impor bahan baku dapat mengindikasikan perlambatan dalam aktivitas manufaktur.
- Perlambatan permintaan global dan kebijakan pemerintah (terutama larangan ekspor mineral) dapat menekan new normal surplus dagang Indonesia ke kisaran USD 2 - 3 Bn untuk beberapa bulan ke depan.
- Kami memperkirakan BI dapat memotong suku bunga lebih awal dari the Fed, namun kemungkinan ini sangat terbatas di tahun 2023. Strategi lain, terutama stimulus fiskal, tetap akan lebih efektif untuk mendorong permintaan dalam jangka pendek.