- Neraca perdagangan RI tercatat USD 4.23 miliar, menurun dibandingkan bulan sebelumnya tapi masih diatas ekspektasi pasar.
- Ekspor tumbuh lebih cepat dari ekspektasi, didorong harga dan volume batubara. Impor tumbuh dari restocking BBM dan meningkatnya impor barang modal dan mentah untuk bisnis. Sementara itu impor barang konsumsi menurun seiring dengan konsumen yang semakin pemilih walaupun masih yakin pada keadaan ekonomi.
- Resiko perlambatan global kian nyata. Inflasi Amerika menunjukan tanda pelemahan, meningkatkan kemungkinan scenario “Fed Pivot”. Sementara itu kebijakan Tiongkok seperti Zero Covid, pengawasan ketat sektor properti dan finansial dan ketegangan dengan Taiwan beresiko mendisrupsi rantai pasok global dan menekan permintaan Tiongkok.
- Neraca dagang Indonesia yang tertekan dapat mendorong BI untuk mengetatkan kebijakan moneter, termasuk meningkatkan suku bunga acuan. Namun bila Fed pivot terjadi, Indonesia dapat meraup keuntungan dari kebijakan moneter.