- BI meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps untuk kedua kalinya di bulan Januari, mengakhiri spekulasi pengamat pasar akan mulai berakhirnya siklus pengetatan bank sentral. Debat ini juga terjadi di panggung global antara pasar finansial dan The Federal Reserve. Pasar finansial merujuk pada resiko resesi global yang kian tinggi dan inflasi AS yang mereda. Namun the Fed kemungkinan bersikeras untuk mengentaskan inflasi. Bahkan beberapa pejabat The Fed membuka kemungkinan suku bunga acuan The Fed lebih tinggi dari 5.5% pada akhir tahun.
- Kepercayaan pasar yang berlebih meluber ke aset negara berkembang terutama surat berharga Indonesia dan memperkuat Rupiah. Namun tren ini kemungkinan besar tidak akan bertahan lama karena disebabkan oleh penguatan sementara Euro dan Yen terhadap Dolar AS. Ini akan diperburuk dengan pelemahan harga komoditas global. Respon kebijakan BI untuk menarik devisa hasil ekspor adalah tepat dan terukur.
- BI dihadapkan oleh beberapa faktor resiko di jangka pendek antara lain inflasi domestik yang lebih tinggi di bulan puasa dan Ramadan, volatilitas pasar global dan kebijakan The Fed. Kemungkinan besar bank sentral akan berhati-hati, meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dan stabil pada 6.00% untuk sepanjang tahun.