19 Mei 2022 | News & Features

Apa yang Terjadi di Pasar Obligasi?

Volatilitas yang terjadi di pasar obligasi setidaknya dalam tiga bulan terakhir tentunya berdampak cukup signifikan terhadap portofolio. Volatilitas yang terjadi disebabkan oleh inflasi yang tetap bertahan di level tinggi serta ekspektasi pengetatan kebijakan moneter The Fed yang lebih agresif. Ketika pengetatan kebijakan moneter dilakukan (suku bunga naik) maka yield obligasi akan ikut mengalami kenaikan (harga turun).

Berikut ini detil market update yang dapat kami sampaikan:

  • Sejak tahun 2021, inflasi di seluruh dunia sudah naik tajam sebagai akibat dari adanya gangguan pada rantai pasokan, krisis energi, dan pemulihan ekonomi paska COVID-19. Di tahun 2022, inflasi kembali naik lebih tinggi disebabkan oleh tingginya harga komoditas dan lockdown di China yang berkepanjangan kembali memperparah gangguan pada rantai pasokan.
  • Sebagai salah satu upaya untuk menekan laju inflasi yang terlalu tinggi, bank sentral melakukan pengetatan kebijakan moneter. Likuiditas yang sangat berlimpah harus mulai kembali ditarik. Bank sentral dapat memberhentikan cetak uang (tapering), menaikkan suku bunga, dan melakukan pengurangan nilai aset untuk menarik likuiditas tersebut.
  • Di pertemuan para pejabat The Fed (FOMC) bulan Mei 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps. Kenaikan 50 bps masih dapat terjadi di beberapa FOMC mendatang apabila diperlukan. Selain itu, The Fed juga berencana melakukan pengurangan nilai aset dengan besaran USD 47,50 miliar per bulan dimulai dari bulan Juni 2022 dan dinaikkan menjadi USD 95 miliar per bulan dari bulan September 2022. Pengurangan tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan aksi serupa di tahun 2016-2018.
  • Melihat data historis, ketika The Fed menaikkan suku bunga di tahun 2015-2018 ke 2,25%, US Treasury yield naik ke 3,20%. Per 17 Mei 2022, pasar melihat kemungkinan The Fed dapat menaikkan suku bunga hingga 3,00% di akhir tahun 2022 (probabilitas 51,90%). Apabila suku bunga naik sesuai dengan perhitungan pasar, besar kemungkinan US Treasury yield naik melebihi 3,00%.
  • US Treasury merupakan acuan obligasi di seluruh dunia sehingga kenaikannya akan menyebabkan pergerakan di obligasi lain termasuk Indonesia (INDON/INDOIS/FR). Dengan ekspektasi US Treasury yield yang masih bisa naik, penurunan harga berpotensi masih akan terjadi di INDON/INDOIS/FR.

Sebagai respon atas kondisi diatas, strategi yang dapat diambil:

  1. Untuk nasabah yang baru mau membeli obligasi: lakukan pembelian secara bertahap. Diutamakan membeli obligasi dengan tenor pendek – menengah (di bawah 10 tahun).
  2. Untuk nasabah yang sudah punya obligasi namun jangka waktu investasi pendek: apabila memiliki obligasi bertenor panjang, dapat melakukan rebalancing (pengalihan) ke obligasi bertenor pendek - menengah (di bawah 10 tahun).
  3. Untuk nasabah yang sudah punya obligasi namun jangka waktu investasi panjang: apabila memiliki obligasi bertenor panjang, dapat melakukan reassessment (penilaian kembali) apakah dapat menerima penurunan harga lebih lanjut. Apabila tidak, dapat melakukan rebalancing (pengalihan) ke obligasi bertenor pendek - menengah (di bawah 10 tahun).

Informasi lebih lanjut mengenai kondisi pasar, strategi investasi, dan nilai investasi dapat menghubungi Kantor Cabang BCA yang melayani transaksi investasi.