- Neraca pembayaran Indonesia mencatat defisit terbatas sebesar 0.8 miliar dolar AS di Q4-2021. Walaupun neraca transaksi berjalan masih mencatat surplus, aliran modal asing yang keluar di akhir tahun 2021 cukup kencang, sehingga neraca pembayaran kembali tercatat defisit.
- Ke depan, risiko terhadap neraca finansial kemungkinan besar belum akan hilang, disebabkan oleh tingkat ketidakpastian yang tinggi terkait outlook inflasi dan pengetatan kebijakan moneter the Fed. Namun pada waktu yang sama, neraca transaksi berjalan juga diperkirakan akan melemah. Ini disebabkan peningkatan impor seiring lonjakan harga minyak dan pemulihan ekonomi dalam negeri, serta melambatnya pertumbuhan ekspor akibat potensi normalisasi harga komoditas.
- Sejalan dengan risiko tersebut, proyeksi neraca transaksi berjalan untuk tahun 2022 direvisi lebih rendah menjadi defisit 0.5%. Sebagai respons, Bank Indonesia juga diperkirakan akan meningkatkan suku bunga sebesar 50-100 bps tahun ini.