- Surplus neraca perdagangan meningkat menjadi USD 2,89 miliar pada Agustus 2024, namun menyusut secara tahunan dengan pertumbuhan ekspor yang lebih lambat dari impor (7.13% vs 9.46% YoY).
- Peningkatan ekspor didorong oleh peningkatan ekspor CPO, bijih logam, dan juga perlengkapan elektrik (HS85) dan mesin mekanis (HS84).
- Impor barang konsumsi tetap lemah dibandingkan dengan bahan baku (non migas) dan barang modal, sementara peningkatan impor serealia dapat mengindikasikan dukungan pemerintah untuk permintaan menjelang Pilkada.
- Mengatasi perlambatan ini tidak hanya cukup dengan pemotongan suku bunga, melainkan membutuhkan kombinasi dari ekspansi fiskal, normalisasi SRBI, dan depresiasi Rupiah yang terkontrol.